.post-body img { max-width: 700px; }

Senin, 04 Desember 2023

Buku Harian Apoteker Jilid 1 Bab 3 : Jinshi


https://kusuriya.fandom.com/


"Mereka melakukannya lagi" gumam Jinshi muram pada dirinya sendiri. Sungguh tidak pantas, cara hunga-bunga di istana kadang-kadang tumbuh subur. Jinshi, salah satu diantara banyak tanggung jawabnya, bertanggung jawab untuk menenangkan keadaan. 

Saat dia berjalan menuju kerumuman, Jinshi melihat satu orang berjalan seolah-olah keributan tersebut bukan urusannya. Dia adalah seorang gadis mungil dengan bintik-bintik menghiasi hidung dan pipinya. Tidak ada hal lain yang membedakannya, kecuali dia tidak mempedulikan Jinshi sama sekali, saat dia berjalan bergumam pada dirinya sendiri. 

Dan itu bisa saja menjadi akhir dari semuanya. 

Tidak sampai sebulan kemudian tersiar kabar bahwa pangeran muda itu telah meninggal. Selir Lihua larut dalam tangisan, dan sekarang lebih kurus dari sebelumnya, dia tidak lagi tampak seperti wanita yang pernah dianggap sebagai bunga mawar yang mekar di istana. Mungkin dia menderita penyakit yang sama dengan putranya, atau mungkin penyakit batin yang menghancurkannya. Bagaimanapun juga, dia tidak bisa berharap mempunyai anak lagi dalam kondisi seperti itu. 

Putri Lingli, saudara seayah mendiang pangeran, telah pulih dari penyakitnya, dan dia serta ibunya menjadi penghibur besar bagi kaisar yang berduka. Memang benar, sepertinya selir Gyokuyou akan segera melahirkan anak lagi, mengingat betapa seringnya Yang Mulia berkunjung. 

Pangeran dan putri sama-sama menderita penyakit misterius yang sama, namun salah satu dari mereka telah sembuh sementara yang lainnya meninggal. Mungkin karena perbedaan usia di antara mereka? Meski baru berjalan tiga bulan, namun jangka waktu tersebut dapat memberikan perbedaan yang signifikan terhadap ketahanan bayi, dan bagaimana dengan Lihua? Jika sang putri telah pulih, maka ada alasan mengapa selir juga bisa melakukannya. Kecuali jika dia terutama menderita karena guncangan psikologis karena kehilangan putranya. 

Jinshi memikirkan ini dikepalanya saat dia meninjau beberapa dokumen dan menstempel capnya disana. Jika ada perbedaan antara keduanya anak-anak, mungkin itu ada pada selir Gyokuyou. 

"Aku akan keluar sebentar" kata Jinshi sambil menstempel halaman terakhir dengan capnya, dan segera meninggalkan ruangan.

Sang putri, dengan pipi penuh kemerahan seperti roti kukus, tersenyum padanya dengan segala kepolosan yang bisa ditunjukan seorang anak kecil. Tangan mungilnya mengepal jari Jinshi. 

"Tidak nak, biarkan dia pergi" tegur ibunya, seorang wanita cantik berambut merah, dengan lembut. Dia membungkus bayi itu dengan lampin dan membaringkanya di tempat tidurnya. Sang putri, yang tampaknya terlalu hangat, membuka selimutnya dan berbaring sambil memperhatikan pengunjung itu, sambil berceloteh gembira. 

"Ku kira kau ingin menanyakan sesuatu padaku" kata sang selir, yang selalu seorang wanita yang tanggap. 

Jinshi langsung ke pokok permasalahan.

 "Mengapa kesehatan putri bisa pulih?" 

Selir Gyokuyou membiarkan dirinya tersenyum kecil sebelum menarik sehelai kain dari kantong. Kain itu telah robek dari sesuatu dan dihiasi karakter-karakter tidak pantas. Bukan hanya tulisan tangannya yang tidak rata, namun pesan tersebut sepertinya ditulis menggunakan noda rumput, sehingga beberapa tempat memudar dan sulit dibaca. 

Bedak wajahmu adalah racun. Jangan biarkan itu menyentuh bayi. 

Mungkin menurutnya kualitas tulisan tangan itu memang disengaja. Jinshi memiringkan kepalanya "bedak wajahmu?" 

"Ya" kata Gyokuyou, mempercayakan anak pada tempat tidur bayi kepada ibu susu dan membuka laci. Dia mengeluarkan sesuatu yang terbungkus kain , bejana keramik. Dia membuka tutupnya dan menemukan segumpal bubuk putih. 

"Ini?"

"Sama saja"

Mungkin, Jinshi menduga ada sesuatu di dalam bubuk itu. Dia ingat Gyokuyou yang sudah memiliki kulit pucat yang sangat dihargai di istana, tidak perlu menggunakan bedak untuk membuat dirinya lebih cantik. 

Sebaliknya selir Lihua terlihat sangat pucat sehingga dia menggunakannya lebih banyak setiap hari untuk menyembunyikan kondisinya. 

"Putri kecilku adalah gadis yang sangat lapar" kata Gyokuyou " saya tidak menghasilkan cukup susu untuknya, jadi saya menyewa seorang perawat untuk membantu" kadang-kadang ibu yang anaknya meninggal tak lama setelah anaknya lahir mendapat pekerjaan sebagai pengasuh.

"Bedak wajah ini, milik wanita itu. Dia menyukainya karena dia merasa bedak ini lebih putih dibandingan bedak lainnya" 

" Dan dimana perawat ini sekarang?" 

"Dia sakit, jadi aku memecatnya. Dengan dana yang cukup untuk penghidupan, tentunya" Berbicara seperti wanita yang intelektual dan mungkin terlalu baik demi kebaikannya sendiri.

Jadi katakanlah ada semacam racun di bedak wajah tersebut. Jika ibu menggunakannya, hal itu akan berdampak pada anak, jika apa pun yang ada di dalam bubuk itu masuk  ke dalam ASI, bahkan mungkin masuk ke dalam tubuh anak.
Baik Jinshi maupun Gyokuyou tidak tahu racun apa itu. Namun jika pesan misterius itu bisa dipercaya, itulah bagaimana pangeran muda menemui ajalnya. Dengan bedak sedernana, riasan digunakan sejumlah orang di istana belakang. 

"Ketidaktahuan adalah dosa" kata Gyokuyou "saya seharusnya lebih berhati-hati dengan apa yang masuk ke mulut anak saya". 

"Saya bersalah atas kejahatan yang sama", kata Jinshi. Pada akhirnya dialah yang membiarkan putra kaisar hilang. Dan mungkin ada orang lain yang meninggal dalam kandungan. 

"Aku memberitahu selir Lihua tentang bedak wajah, tapi apapun yang kukatakan hanya membuatnya berusaha keras", kata Gyokuyou. Lihua masih memiliki kantung hitam dibawah matanya, dan menggunakan banyak riasan pitih untuk menyembunyikan warna buruk di wajahnya, tidak percaya bahwa itu beracun. 

Jinshi menatap kain katun sederhana itu. Dia pikir itu tampak familier. Kualitas karakter yang ragu-ragu tampaknya hanya tipu muslihat, tetapi tangan tersebut memiliki kualitas yang sangat feminim "siapa yang memberikan ini padamu, dan kapan?" 

"Tiba, pada hari aku meminta dokter untuk memeriksa putriku. Aku khawatir aku hanya menyebabkan masalah bagimu, tapi ini ada di dekat jendala sesudahnya" 

"Di ikat pada cabang rhododendron" 

Jinshi teringat keributan hari itu. Apakah seseorang di antara kerumunan itu memperhatiakan sesuatu, menyadari sesuatu, meninggalkan peringatan? Tapi siapa? "Tidak ada dokter di istana yang mau menggunakan metode memutarbalikan seperti itu" katanya.

"Saya setuju, sepertinya kita tak pernah tahu bagaimana memperlakukan pangeran". 

Semua keributan itu, jika dipikir-pikir, Jinshi memang ingat seorang gadis pelayan yang nampak menjauhkan diri dari para pencari tahu lainnya. Dia bergumam pada dirinya sendiri. Apa yang dia katakan waktu itu?. 

"Aku butuh sesuatu untuk ditulis" 




Jinshi merasa potongan adegan itu jatuh pada tempatnya. Dia mulai tertawa "selir Gyokuyou, jika saya menemukan penulis pesan ini, apa yang akan kau lakukan padanya?". 

"Saya akan berterimakasih sebesar-besarnya. Aku berhutang nyawa putriku padanya" kata selir, matanya berbinar. Ah, jadi dia sangat ingin menemukan dermawannya. 

"Baiklah, mungkin kau mengizinkan aku untuk menyimpan ini sementara waktu" 

"Saya sangat menantikan apa pun yang mungkin kau temukan" Gyokuyou menatap Jinshi dengan gembira. Dia membalas senyumannya, lalu mengambil bejana bedak wajah dan kain bertuliskan pesan di atasnya. Dia mencari dalam ingatannya kain apa saja yang terasa seperti ini. 

"Aku tidak akan mengecewakan wanita kesayangan Yang Mulia" senyum Jinshi menunjukan kepolosan seorang anak kecil yang sedang berburu harta karun.









Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Buku Harian Apoteker Jilid 13 : Catatan Penerjemah

The Apothecary Diaries vol. 13 Perhatikan Nada Anda Dalam angsuran The Apothecary Diaries sebelumnya, kita telah membahas tentang bagaimana...